Sumber : KPU Kota Tasikmalaya / 10 Juli 2012
WARTA KPU – Berdasarakan pehitungan perolehan suara di KPU Kota Tasikmalaya secara final, pasangan nomor urut 1 Budi Budiman – Dede Sudrajat (Bude) meraih suara tertinggi sebesar 58,02 % atau jumlah pemilih 202.097 suara. Nomor urut 2 pasangan perseorangan Mumung Martasasmita – Taufiq Fathurrohman (Mufakat) meraih 8,20% atau 28,656 suara dan pasangan Syarif Hidayat – Cecep Bagja Gunawan (Sabagja) meraih 33,78% atau 117,660 suara.
Sedangkan jumlah hak pilih yang memberikan suaranya sebanyak 81,40%
atau sebanyak 365,212 suara dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT)
sebanyak 448.729 pemilih.
Perolehan suara real ini beda sedikit dengan hasil quick count LSI
yang merilis perolehan masing-masing pasangan sebagai berkut. Pasangan
nomor 1 Budi Budiman- Dede Sudrajat (Bude) 58,14 % pasangan nomor urut 2
Mumung Marthasasmita – Taufik Faturohman (Mufakat) 7,70% dan pasangan
Nomor urut 3 Syarif Hidayat-Cecep Bagja Gunawan (Sabagja) meraih 34,17 %
suara. (*)
***Pilkada Kota Tasikmalaya-Koalisi PPP Tumbangkan Incumbent
Sumber : Harian Seputar Indonesia / Tuesday, 10 July 2012
TASIKMALAYA – Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Tasikmalaya, Jawa Barat Budi Budiman-Dede Sudrajat unggul dalam penghitungan cepat (quick count) Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Pilkada Kota Tasikmalaya yang digelar kemarin.
Budiman calon yang diusung partai koalisi PPP,PKS, Partai Demokrat, PKB, dan PBR berhasil menumbangkan incumbent Syarif Hidayat dengan perolehan suara 58,14%. Sementara Syarif Hidayat yang berpasangan dengan Cecep Bagja Gunawan hanya memperoleh 34,17% suara. Syarif Hidayat dan Cecep calon dari Partai Golkar, PDIP, PAN, dan Partai Gerindra.Sementara pasangan dari jalur perseorangan Mumung Marthasasmita- Taufik Faturohman hanya memperoleh 7,70% suara.
Manajer Riset LSI Setia Darma mengatakan, berdasarkan survei di 200 TPS yang tersebar di 10 kecamatan dan 69 kelurahan, pasangan Budi Budiman-Dede Sudrajat perolehan suara 58,14%.“Hampir semua wilayah dikuasai Budi Budiman-Dede,”kata Setia. Dia menyebutkan, terpilihnya Budi Budiman-Dede Sudrajat karena menjadi parameter sosok pengusaha yang sukses dan diyakini bisa menuntaskan persoalan ekonomi di Kota Tasikmalaya.
“Di sini masyarakat sangat menaruh harapan banyak kepada dua sosok ini,”imbuhnya. Direktur Citra Komunikasi LSI Toto Izul Fatah menambahkan, pada H-15 pencoblosan tingkat popularitas Syarif Hidayat mencapai 96%, namun tingkat kesukaannya hanya 65%. Sedangkan Budi Budiman tingkat popularitasnya 80%, kemudian tingkat kesukaannya nyaris sama. Sementara itu,hingga pukul 04.51 WIB,hasil real countKPUD Tasikmalaya di Gedung Juang, Jalan Taman Makam Pahlawan, menunjukkan pasangan nomor urut satu Budi Budiman-Dede Sudrajat perolehan 40.129suara atau 60,15%,
nomor urut dua Mumung Marthasasmita 6.222 suara atau 9,33%, dan terakhir nomor urut tiga Syarif Hidayati- Cecep Bagja Gunawan 20.360 suara atau 30,52%.“Meski ada real count,kita tetap berpegangan pada hasil perhitungan manual,” ujar Ketua KPUD Kota Tasikmalaya Cholis Muchlis. nanang kuswara
***
POLITIK - PILKADA
Selasa, 10 Juli 2012 , 08:32:00
Sumber : Jawa Pos National Network
TASIK -
Berdasarkan hasil quick count atau perhitungan cepat hasil suara
pemilukada Kota Tasikmalaya yang dilakukan Lingkar Survei Indonesia yang
bekerja sama dengan Citra Komunikasi (Cikom) Lingkar Survei Indonesia,
pasangan H Budi Budiman - H Dede Sudrajat menang dengan perolehan suara
58,14 persen dari data sampel yang masuk 100 persen pada pukul 15.10.
Sedangkan pasangan H Mumung Marthasasmita-Taufik Faturohman 7,7 persen dan H Syarif Hidayat 34,17 persen.
Adapun, tingkat partisipasi pemilih sebesar 76, 99 persen yang memiliki sampling error kurang lebih 1 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 449.201 orang.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah hasil quick count yang dilansir merupakan hasil survei Cikom bekerjasama dengan LSI. Sebelumnya Cikom dan LSI telah melakukan survei sebanyak tiga kali.
”Jadi kita bukan by order, karena hasil survei yang kita lakukan sama dengan hasil quick qount saat ini dan mustahil untuk bisa diubah,” tuturnya usai melansir hasil quick count di Hotel Santika Tasikmalaya kemarin (9/7).
Ia menyatakan dari tiga kali survei menunjukkan bahwa pasangan Budi-Dede selalu berada di tingkat tertinggi. Bahkan dalam setiap survei yang dilaksanakan tidak pernah berubah malah Budi-Dede mendapatkan konsistensi dukungan. ”Budi itu banyak disukai, Dede low profile sehingga membuat simpati masyarakat sangat besar,” ujarnya.
Sedangkan kekalahan calon incumbent, menurut Toto, karena adanya ketidakpuasan atas kinerja selama kepemimpanan yang di bawah 50 persen. Ditambah dari adanya keinginan publik terhadap wali kota incumbent untuk mencalonkan kembali hanya sekitar 39 %.
Selain besarnya keinginan masyarakat yang segera menginginkan perubahan membuat pasangan H Syarif Hidayat -H Cecep Bagja Gunawan kalah. ”Dari hasil survei yang kita lakukan, Syarif-Cecep kemungkinan kalah karena ketidakpuasan masyarakat,” analisanya.
Sementara itu, kata Toto, pasangan dari jalur perseorang H Mumung Marthasasmita – H Taufik Faturohman yang juga tidak bisa mendongkrak suara disebabkan karena faktor kepiguran kedua pasangan ini yang tidak terlalu dikenal masyarakat.
”Seharusnya independen bisa memanfaatkan situasi dengan adanya dua pertarungan besar, akan tetapi karena kepiguran dua calon yang diusung (dari independen) tidak terlalu populer, membuat suara independen menjadi kecil,” ujarnya.
Divisi Riset Lingkaran Surrvei Indonesia (LSI) Setia Darma menyatakan quick count ini merupakan sebuah perhitungan suara di sejumlah sampel TPS yang dipilih secara acak dan proporsional dari seluruh populasi TPS yang ada. ”Kita jamin hasil quick count ini tidak akan jauh berbeda dengan hasil dari KPUD nanti, karena dilakukan oleh penyelenggara yang profesional dan proporsional,” tuturnya.
Apalagi, kata Setia, Kota Tasikmalaya adalah ke 125 kalinya yang menggunakan quick count LSI. Dari pengalaman tersebut, kata dia, tidak ada satu pun wilayah yang keluar dari batasan margin error atau terbalik urutannya. ”Quick count yang kita lakukan ini berdasarkan pada fakta dan harus digaris bawahi mungkin saja data ini salah akan tetapi kita tidak mungkin berbohong,” ujarnya.
Menurut Setia, pasangan nomor urut satu (Budi-Dede) unggul di hampir setiap kecamatan, seperti Cihideung, Tawang, Bungursari, Cipedes, Indihiang, Kawalu, Mangkubumi, Cibeureum, Purbaratu dan Kecamatan Tamansari.
Kemenangan paling telak terjadi di wilayah Bungursari, Cipedes dan Indihiang dengan perolehan suara mencapai 61 persen. Sedangkan pada tahun 2007 lalu partisipasi pemilih mencapai 85 persen, sedangkan untuk pilkada tahun ini hanya 76,99 persen. “Pada dasarnya pemilih Budi-Dede merupakan pemilih irasional, dengan mengedepankan suka dan tidak suka tanpa mempertimbangkan kapabelitas para calon,” tandasnya. (kim)
***
Sedangkan pasangan H Mumung Marthasasmita-Taufik Faturohman 7,7 persen dan H Syarif Hidayat 34,17 persen.
Adapun, tingkat partisipasi pemilih sebesar 76, 99 persen yang memiliki sampling error kurang lebih 1 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 449.201 orang.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah hasil quick count yang dilansir merupakan hasil survei Cikom bekerjasama dengan LSI. Sebelumnya Cikom dan LSI telah melakukan survei sebanyak tiga kali.
”Jadi kita bukan by order, karena hasil survei yang kita lakukan sama dengan hasil quick qount saat ini dan mustahil untuk bisa diubah,” tuturnya usai melansir hasil quick count di Hotel Santika Tasikmalaya kemarin (9/7).
Ia menyatakan dari tiga kali survei menunjukkan bahwa pasangan Budi-Dede selalu berada di tingkat tertinggi. Bahkan dalam setiap survei yang dilaksanakan tidak pernah berubah malah Budi-Dede mendapatkan konsistensi dukungan. ”Budi itu banyak disukai, Dede low profile sehingga membuat simpati masyarakat sangat besar,” ujarnya.
Sedangkan kekalahan calon incumbent, menurut Toto, karena adanya ketidakpuasan atas kinerja selama kepemimpanan yang di bawah 50 persen. Ditambah dari adanya keinginan publik terhadap wali kota incumbent untuk mencalonkan kembali hanya sekitar 39 %.
Selain besarnya keinginan masyarakat yang segera menginginkan perubahan membuat pasangan H Syarif Hidayat -H Cecep Bagja Gunawan kalah. ”Dari hasil survei yang kita lakukan, Syarif-Cecep kemungkinan kalah karena ketidakpuasan masyarakat,” analisanya.
Sementara itu, kata Toto, pasangan dari jalur perseorang H Mumung Marthasasmita – H Taufik Faturohman yang juga tidak bisa mendongkrak suara disebabkan karena faktor kepiguran kedua pasangan ini yang tidak terlalu dikenal masyarakat.
”Seharusnya independen bisa memanfaatkan situasi dengan adanya dua pertarungan besar, akan tetapi karena kepiguran dua calon yang diusung (dari independen) tidak terlalu populer, membuat suara independen menjadi kecil,” ujarnya.
Divisi Riset Lingkaran Surrvei Indonesia (LSI) Setia Darma menyatakan quick count ini merupakan sebuah perhitungan suara di sejumlah sampel TPS yang dipilih secara acak dan proporsional dari seluruh populasi TPS yang ada. ”Kita jamin hasil quick count ini tidak akan jauh berbeda dengan hasil dari KPUD nanti, karena dilakukan oleh penyelenggara yang profesional dan proporsional,” tuturnya.
Apalagi, kata Setia, Kota Tasikmalaya adalah ke 125 kalinya yang menggunakan quick count LSI. Dari pengalaman tersebut, kata dia, tidak ada satu pun wilayah yang keluar dari batasan margin error atau terbalik urutannya. ”Quick count yang kita lakukan ini berdasarkan pada fakta dan harus digaris bawahi mungkin saja data ini salah akan tetapi kita tidak mungkin berbohong,” ujarnya.
Menurut Setia, pasangan nomor urut satu (Budi-Dede) unggul di hampir setiap kecamatan, seperti Cihideung, Tawang, Bungursari, Cipedes, Indihiang, Kawalu, Mangkubumi, Cibeureum, Purbaratu dan Kecamatan Tamansari.
Kemenangan paling telak terjadi di wilayah Bungursari, Cipedes dan Indihiang dengan perolehan suara mencapai 61 persen. Sedangkan pada tahun 2007 lalu partisipasi pemilih mencapai 85 persen, sedangkan untuk pilkada tahun ini hanya 76,99 persen. “Pada dasarnya pemilih Budi-Dede merupakan pemilih irasional, dengan mengedepankan suka dan tidak suka tanpa mempertimbangkan kapabelitas para calon,” tandasnya. (kim)
***
Posting Komentar